Skip to main content

Seseorang di Kereta

Seseorang di kereta


Perjalanan kereta rute Purwokerto menuju Jakarta. Aku terdiam sepanjang jalan kenangan. Lelaki duduk disampingku, sekilas nampak wajah teduh. Hati dan rasaku mulai terusik. Diam-diam aku amati lelaki itu, ia kerap melakukan percakapan telepon dengan kolega, cukup bersahaja dan syar'i. Setidaknya, ada sedikit kesimpulan tentang sosok yang duduk disebelahku, ah kesimpulan yang terlalu dini.

Purwokerto


 Kata sapaan tak kunjung ada. Akupun enggan menyapanya lebih dulu, teringat kultur tak bersahabat untuk menyapa lebih dulu dan tabu untuk sekedar menyapa basa-basi, lalu hanya tercipta bahasa kalbu, diam sepanjang jalan.



Lelaki disampingku tetap sibuk dengan HP dan laptopnya, sibuk sekali!. Gadget itu telah mengesampingkan keberadaan diriku. Sesekali aku dan lelaki itu menoleh beradu pandang dan saling lirik dengan sudut mata. Anganku melayang dan mengembara sendiri tanpa permisi. Tidak ada hal yang mampu mengalihkan gelitik rasa, tidak juga pemandangan diluar jendela yang hanya pekat malam. Tidak juga kecamuk kata-kata di lorong kereta.



Lelaki itu membuatku salah tingkah, seandainya saja bangku sebelah itu kosong. Aku tak akan bertindak konyol dengan diam-diam menyemprotkan parfum terlalu banyak dan wangi menusuk. Kekonyolan lainnya adalah kantukku leyap dan terjaga sepanjang 5 jam perjalanan malam.



Hingga aku tiba di stasiun tujuan lebih dulu, lelaki itu berdiri memberi aku jalan keluar dan terlihat jelas tubuh tegap, tatapan tajam, raut wajah tegas dan senyuman tipis manis. Sebuah rasa tergilas sepanjang jalan oleh roda kereta. Detik-detik langkah terakhir meninggalkan gerbong kereta, hanya helaan napasku menyesali atas pertanyaan sederhana yang tak menemukan jawaban, “siapa kamu?”, “turun di stasiun apa dan pulang kemana?”. Aah, “sampai jumpa lagi lelaki tanpa nama, pada safar berikutnya di gerbong kereta kehidupan (masing-masing).”


#ParagrafNina

Comments

Most Popular Posts

HANEDA

Setiba di bandara Haneda, Yuki bergegas menyalakan hp nya, tak sabar untuk memberi kabar sukacita kepada Kato bahwa dirinya selamat sampai tujuan, tanah kelahirannya, Jepang. Tak perlu waktu lama untuk menyadari, bahwa ternyata tak ada lagi akses komunikasi ke Kato. Seketika... dejavu... Yuki mengetahui apa yang telah terjadi. Perpisahan yang dimaksud itu adalah saat ini. Walau rasanya kecupan dikening saat Kato melepas dirinya di bandara soeta masih dalam hitungan menit. Terbenam dalam lamunan, "mungkin banyak kesalahanku, hingga kebahagiaan yang kurasa selama bersamanya hanya pantas sesaat, atau ketidaksanggupannya berhubungan jarak jauh dan menungguku..." tutur Yuki dalam hati. Haneda pagi itu lapang, tak selapang hatinya...."ijinkan aku kembali atau membawamu kesini, mungkin saat ini hanya daun maple warna warni yang berguguran, tapi suatu saat nanti sakura bermekaran"               ...

Ancaman Miras Terhadap Generasi Muda, Waspada!

  Emosi, geram merupakan bentuk keprihatinan yang berujung kesedihan mendalam bagi siapa saja yang menyaksikan anak-anak bangsa merengang nyawa akibat setenggak dua tenggak miras oplosan. Cukup sering kita disuguhkan berita seperti itu dari bumi pertiwi, dan belum lama ini terjadi di daerah Jawa Barat. Korbannya tidak hanya satu atau dua tapi ratusan. Seberapa jauh anak-anak muda itu mengetahui bahaya miras tersebut yang dapat menyebabkan kematian?. Terlepas dari jawaban mereka, lalu atas dasar itu pula, siapakah yang bertanggung jawab?.

Tak Akan Selamanya

"Tak akan selamanya". Kata-kata itu aku kutip dari syair lagu sebuah band di Indonesia. Entah bait apa selanjutnya, tak begitu jelas dan aku tak begitu peduli. Hanya potongan kalimat itu yang paling menyentuh. Lalu aku hubungkan dengan kehidupan setelah mati... Pada akhirnya, kehidupan dunia akan kita tinggalkan, kecuali 3 perkara yang akan tetap melekat. Dari Abu Hurairah  radhiyallahu ‘anhu , ia berkata bahwa Rasulullah  shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda, إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ “ Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan , atau do’a anak yang sholeh ” (HR. muslim)i : Hadist tersebut dijabarkan sebagai berikut : Sedekah jariyah , contohnya membangun masjid, mencetak buku yang bermanfaat serta berbagai macam wakaf yang dimanfaatkan dalam iba...