Skip to main content

"Jaga Dirimu, Nak" #DaruratPornografi


Tulisan ini lahir setelah mengikuti seminar parenting ibu Elly Risman berjudul: Tantangan Mendidik Anak di Era Digital,  kemarin pagi (14 Februari 2015). Tentu tanggal tersebut tak asing lagi, apalagi dikalangan muda-mudi. Tanggal yang identik dengan hari kasih sayang. Semoga kita tak terjebak dalam perayaan Valentine, nyatanya itu adalah hari perayaan seks bebas!!. Semoga tadi malam tidak ada pergumulan bejat memanfaatkan momen valentine tersebut, tidak ada berita tentang kondom yang berceceran dimana-mana. Semoga anak bangsa dapat menjauh dari seks bebas, tidak menggauli atas dasar suka sama suka atau apapun istilahnya.


Indonesia telah menjadi sarang pornografi. Mengutip pernyataan ibu Khofifah Indar Parawansa, bahwa korban pornografi di Indonesia mencapai 45 persen. Sudah benar apabila dinyatakan sebagai darurat pornografi. Korbannya adalah semua kalangan, tapi yang paling membuat miris adalah kalangan muda atau anak-anak!. Sudah banyak berita tentang pelajar dengan aktifitas seksualnya, para orangtua jangan buta!. Kejahatan seksual yang terjadi di sekolah tertinggi diraih Jawa Barat!.
Anak-anak korban pornografi jika diajak diskusi tentang seksual, kira-kira akan punya pertanyaan seperti ini: “ bagaimana penis masuk vagina? Berapa kali ngesek dalam seminggu? Bagaimana cara pakai kondom” dll. Ibu atau ayah mereka tahu nggak kalau mereka korban pornografi? Tidak!, ayah dan ibu tahu nggak kalau anaknya pernah “ngesek” dan masturbasi ? Tidak!.  Ayah dan ibu tahu nggak kalau mereka adalah sasaran empuk pebisnis pornografi? Tidak!. Mengutip pernyataan bu Elly: “orang tua sekarang banyak yang pingsan! Tidak mengikuti dunia sosmed anaknya, tidak mengetahui atau berlaga tidak mau tahu tentang dunia maya yang sedang diselancar anaknya, bahkan memfasilitasi anak dengan berbagai gadget tanpa bekal cukup dan tanpa kendali, asal anak anteng, sekolah dan les tetap jalan…..”
Pornografi awal dari bencana yang mengancam anak-anak terhadap kejahatan seksual atau pelecehan seksual. Anak-anak yang menjadi korban kejahatan seksual oleh pamannya sendiri, oleh orangtuanya sendiri, oleh orang yang tak dikenalnya dll adalah karena dampak pornografi. Sekali anak-anak merasakan ejakulasi, otaknya akan minta lagi. Awalnya masturbasi, lalu kemudian melakukan hubungan dengan teman sebaya, teman lawan jenis atau sejenis bahkan dengan binatang juga, contoh kambing atau ayam pun diperkosa (ini fakta di Indonesia). Intensitas mereka terpapar pornografi akan berbanding lurus dengan kerusakan otaknya. Kenyataannya pornografi tak pandang bulu pada mereka yang rajin sholat, rajin mengaji ataupun tidak. Maka rawan sekali pada anak-anak yang tak punya pijakan yang kokoh atau tak punya filter yang kuat, pornografi menggoda perlahan dan pasti. Orangtua harus lebih serius menyikapi hal ini.
Sumber pornografi dapat diakses anak-anak darimana?:
1.      Situs internet dan Hp, segala gadget yang orang tua fasilitasi dan berikan untuk anak. Mereka mengakses tentu berawal tanpa sengaja, mengakses pornografi sudah sedemikian mudah, tanpa ada pemblokiran diberbagai konten. Demikian pula hp atau gadget orangtua yang tergeletak, saat  orangtua lengah dan anak asyik membuka hp tersebut yang kebetulan ada konten pornografinya. Maka saya suka heran dan sangat geram dengan teman-teman saya yang sering broadcast video atau gambar mesum, untuk apa? Untuk lucu-lucuan yang tidak lucu menurut saya, dan risikonya anak-anak terpapar tanpa sengaja.
2.      Komik
Contoh komik naruto memaparkan tentang bagaimana ngesek dan kekerasan seksual. Sponge bop memperlihatkan adegan ciuman, dan berbagai komik remaja yang memperlihatkan aktifitas homo atau lesbi. Maka, para orang tua jangan sembarangan mengijinkan anak membeli komik. Periksa tas, rak buku, bawah tempat tidur dan diantara pakaian dalam lemari. Ajarkan anak berbagai jenis bacaan bermutu: science, fiksi, petualangan, dongeng, kisah atau riwayat rasul dan sahabat.
3.      Games
Hati-hati dengan games yang berisi tentang main sodomi-sodomian, aksi bunuh diri, maupun aktifitas seksual. Waspada dengan GTA V, SIMS 4, pebisnis memiliki keuntungan yang luar biasa dari games tersebut, sementara anak-anak menjadi korban.  Miris sekali dengan bertaburannya games online yang berisi hampir anak-anak dan mereka sudah kecanduan.
4.      Film TV
Sungguh tidak bermutunya sinetron-sinetron Indonesia, semoga aktris-aktris muda mendapat hidayah. Pelecehan seksual, adegan mesum, adegan pelajar yang berciuman sudah tak ada batas (kemana peran sensor TV ya?). Akhirnya, Ganteng-ganteng srigalapun mendapat rating tinggi dan penontonnya adalah kalangan muda yang tergila-gila dengan Alihando. Sekali lagi, para pebisnis meraup keuntungan tinggi, dan begitulah kelicikannya, kadang membungkus berbagai adegan mesum dengan lelucon sehingga terlihat samar. Jika anak-anak yang menonton, mereka tak akan bisa membedakan mana yang merupakan tontonan dan mana yang ancaman.
5.      Film Bioskop
Film bioskop contohnya New Moon, taman lawang dan film-film lain beradegan mesum merajalela, sekali lagi, kemana kendali sensor?. Pebisnis tak memikirkan kerusakan moral anak bangsa, hanya keuntungan dan misi terselesaikan. Sementara orangtua dirumah, tak pernah tahu anak-anak menonton film apa dibioskop? Dengan siapa? Bagaimana iklan diawal, ditengah, dan diakhir film yang ditontonnya?. Baik anak maupun  dewasa mempunyai folder di kepala untuk merekam segala yang ditontonnya. Sewaktu-waktu atau saat kesepian dan bosan melanda, maka akan recall, dan selanjutnya……hal-hal yang tidak diinginkan akan bisa terjadi, waspada kejahatan seksual!.

Sementara hanya ini yang saya bisa tuliskan berdasarkan catatan seminar. Semoga nanti bisa dilanjutkan tentang bagaimana cara orang tua menjadi terapis untuk anak yang terpapar pornografi.
Terima kasih sudah membaca... 
@mariananina3 



Comments