Saat itu, hujan deras mengguyur kota persinggahanku. Angin kencang dan dingin, seolah siap menghepas tubuh lunglai dan gemetar. Teras toko tempat berteduh tak cukup menghalau terpaan hujan, angin dan gemuruh langit. Lalu kemana lagi hendak menuju, sepanjang jalan, hanya toko itu yang memberi penerangan cukup, walau genangan air di emperan toko sudah mulai meninggi. Tubuh basah kuyup dan menggigil kian menghalangi langkah yang memang sudah lelah. Malam kian larut dan sepi. Sungguh, malam saat itu tidak bersahabat. *** Aku mengendap perlahan, menuju arah suara merdu lantunan ayat alquran. Suara itu berasal dari sebuah rumah yang sebagian sudah hancur oleh ledakan roket. Aku berhasil mengintip lewat celah puing-puing tembok yang runtuh. Suara itu makin jelas kudengar. Ayat-ayat alquran syahdu terdengar, jernih dan merdu bak suara dari surga, alunan keabadian. Pemilik suara itu adalah seorang bocah kira-kira berusia 7 tahun, yang sedang duduk disamping jasad seorang pere...